Thursday, January 18, 1996

Kita

:N

Kerikil tajam menembus telapak kaki kita
damai hidup terasa dibalik perihnya
kita telanjang bergandengantangan
melintasi hari hari keruh
melangakah pasti ikuti kembara matahari
dimana bumi damai tersenyum menyongsong

Dijiwaku seribu kupu kupu bernyanyian ditaburan bunga yang kau ciptakan
dijiwaku sejuta rindu memasung ego
dijiwaku cahaya jingga cintamu memandu
dijiwaku lagu cinta menggema menghibur bumi

Iniliah kita kekasihku,
Yang berjalan dengan kaki telanjang
diatas kerikil tajam kenangan
terang benderang menempuh tujuan hati
;kebahagiaan
telapak yang tertoreh perih
yang menipu nipu
biarlah kita akan tertawa mengenangnya nanti
sebab sedepa lagi kita kan sampai
ketitian permadani lembut tak berujung
dimana jarak yang tertempuh dan cerita yang terlewati
hanya akan tinggal kenangan dalam diary
dan kita akan abadi dalam damainya…


Jakarta, 17 Januari 1996