Monday, November 28, 2005

Catatan seorang pejalan

:HF

Kemudian…
hujan jatuh membasuh rumah rumah batu membeku,
Menyembunyikan entah kehangatan
entah kepedihan bagi setiap penghuninya,
Atau barangkali kehancuran belaka isinya.

Pejalan melipat jarak,
dan menit menjadi sampah kenangan selintas.
Pasrah dipermainkan ingin,
ketika aroma nafas dan tubuhmu
menjadi penguasa alam bathin,
menyisakan kegelisahan teramat panjang,
semakin dalam dan sendirian
…diam diam…

Merak – Jakarta, tengah malam 28 November 2005

Perpisahan

:HF

Perpisahan dua hati yang diceraikan
Menjadi puncak dari kepedihan
yang teramat indah pun sempurna
Pertentangan antara hati dan logika
yang maha tinggi.
Bahkan tangispun tak cukup
mewakili nyeri yang menikam,
dari hati yang terceratbut dari akar kenyataan

diatas perairan selat sunda, 27 November 2005

Sunday, November 27, 2005

Pulau Kecil


Pulau kecil
yang terapung sendirian,
Menjadi pembatas antara langit dan bayanganya
Dipisah garis sejajar rata
Diam menjadi saksi milyaran perjalanan;
juga musim yang bergantian.
Siapa yang mendiami?
Bolehkan kami tinggal berdua disana,
menjadi penghuni satu satunya,
menghabiskan usia yang merambat menjadi tua.

Pulau kecil,
Adakah kau simpan keceriaan masa depan didalamnya??

Selat sunda, 26 November 2005

Bagai Sang Musa


bagaikan sang Musa,
membelah lautan jadi jalanan.
Terapung melaju dikepungan air dan kedalaman laut.
Angin meraba wajah,
mengabarkan tanah tujuan tak kasat mata.
Sama rahasianya dengan kematian seekor ikan
yang hanyut entah sampai dimana.

Telah kulalui , hujan sepanjang jalan,
melewati muka muka murung tersaput mendung.
Matahari sudah datang, kepagian.
Kuikuti laju hati ketempat rindu bermuara.
pada udara tak berwarna.
Kota kota mati ditikam sunyi sepanjang pagi.

Dan hati berisi angkasa
kubawa bunga yang bermekaran semalam
untuk kupersembahkan kepada sang putri phoenix diseberang
serta lupakan koreng dibetis kanan…

diatas KM kambuna I, diperairan selat sunda 26 November 2005

Saturday, November 26, 2005

Perahu Nelayan


Perahu nelayan apa yang kau bawa
selain kemiskinan dan cerita diam.
terapung ragu dihamparan samudera,
menunggu langit datangkan tetabuhan
yang akan mengayunkanmu
dalam irama angin; penuh kelukaan.
perahu nelayan,
Gerakmu lemah,
menyerah dihamparan misteri selat sunda.
Hanya air dan kehidupan penuh rahasia,
tersembunyi dengan sempuna…

Selat Sunda 26 November 2005

Wednesday, November 23, 2005

Kesepian dan Hujan


Tentang kesepian dan hujan.

Dikepala, sebuah teater tanpa kata kata sama sekali.
Diluar hujan deras dan didalam ruangan hasrat melonjak,
tapi hambar penuh luka,
penuh keterasingan.
Kekacauan tubuh dari kehampaan rumah tangga.
Mata menatap dinding kaca.
Dingin.
Tenggelam pada jutaan kenangan yang menggenang.
Sepi.
Diluar hujan deras
didalam kamar kehampaan merongrong tubuh.
Mematikan percintaan.


Goodway #2163 – Batam 22 Nov 2005

Sunday, November 20, 2005

Bollywood syndrome

:Huang Fei

kepada semesta, rindu yang nyeri kita alamatkan
ketika udara menggenang diam
menampung bayang manismu yang mengepung
menempel disetiap sisi dinding langit
menghambur bersama matahari dan mengayun dipucatnya bulan
diujung mendung kita berpelukan saling merasakan
berciuman ketika langit berwarna jingga, biru dan abu abu bahkan hitam
lalu hujan membawa sensasi tanpa ukuran
romantisme hati paling hakiki
meninabobokan logika diri.

kata kata membatu kehilangan makna;
Psikotis akut!
Indihe sekali!
Amazing!
Miracle is happening!
And yet…we are perfect!

samar batas maya dan nyata
didunia tak bertuan punya kita
…entahlah…
barangkali kita jatuh cinta…


Simatupang, 19 November 2005 – 0309hrs

Saturday, November 19, 2005

Penitipan Hati Semu

: HF

Kutitipkan hatiku,
Catatan panjang setebal penyesalan atas peristiwa peristiwa
ribuan tahun pengembaraan yang tumpah dilaut kesia siaan;
hanya ego yang menuntut kemanjaan,
kemewahan mandul kuemban menjadi kenangan.

Bukan penantian,
apalagi pencarian
sebab aku hanya pejalan yang menyusuri kegelapan demi kegelapan
dengan pedang logika terhunus tajam ditangan kiri
dengan kekang hati tergenggam ditangan kanan
aku hanya pejalan sepanjang jalan
mengharap bertemu matahari yang sebutir keyakinan
badai dan puting beliung mengamuk sapanjang zaman
telah kubunuh jejak pada puing puing kastel pasir hitam dipantai kehidupan,
dimana kesombongan diri terdampar merana
kupeluk angkasa ketika kabut kebimbangan menjamah hati
mengacaukan perenunganku atas rencanaNya yang kupertanyakan diam diam…

Kutitipkan hatiku,
prasasti atas ketidak berartian ke ketidak berartian sepanjang jalan.
Engkau tahu,
aku letih menjadi debu dengan belati masalalu menancap berkarat dipunggung.
Aku hanya ingin telanjang tanpa kecemasan
Diteduh penitipan hatimu
Meskipun semu…

Simatupang, 19 November 2005, 0206