Friday, July 13, 2007

Subuh








Dan…
nanti jika fajar mengantar matahari ke atas bumi
mungkin tidak akan kau temukan sapaku di langit ruanganmu
aku telah menebus pagiku dengan menemani sepi
menelusuri ujung malam
menuju pagi

sebentar lagi ufuk jingga akan merekah di timur sana, dan cicit burung akan membahana mengiringi deru kehidupan, deru mesin dan deru kecemasan
; apa yang bakal terjadi hari ini nanti...

Butiran embun tadi menerpa wajahku sepanjang jalan
mengantarkan rindu yang menggulung hatiku akan sosokmu
akan hangat dan sejukmu.

Engkau menjadi setetes air kehidupan
bisik angin lembut yang kelelahan setelah menyelimuti atap rumahmu tadi
menidurkanmu dalam mimpi yang menenteramkan.

Pejamkan mata pedangmu
peluklah mimpimu
rebahkan segala gundah dan resahmu pagi ini
biarkan alam menjalani tugasnya diam diam

Mengawal langkah waktu menuju pagi
serasa seperti mengiringi seekor kupu kupu berjalan menjelajah langit Sunyi ini begitu indah untuk dikenangkan
bahkan fikiran yang ramai memanggil bulan dan bintang bintang yang telah menghilang

Dalam sendiriku, kutemukan engkau luruh dalam pelukan rindu...

Ciracas menjelang subuh, 070713

Monday, July 09, 2007

Istirahat




besok saja kita lanjuti
berburu kata di rimba udara
sekarang letakkan pena
matikan lampu
cahaya redup
fikiran hidup
rebahlah rebah raga kasihan
lelaplah lelap sukma melanglang
mengendaplah perih dengan ketenangan
biarkan insting menayangkan
buah dada sekerjapan mata
lalu senyum di wajah orang orang kesayangan
alam,
wangi aroma rumput surgawi menemani
kutitipkan ragaku dalam penjagaanmu
sementara aku berselancar di dunia jeda
batas tipis antara hidup dan mati
tempat tinggal para malaikat dan bidadari


Gempol menejelang fajar, 070709

Saturday, July 07, 2007

Kedatangan









Rintik hujan tengah malam mengurai kalahku
pada angin kotamu yang menerpa wajah
bersama aroma malaikat pengawalmu.
Aku menyingkir ditepian garis takdir
untuk kesekian kalinya menyerah pasrah.
Aku jadi hanya seonggok tubuh resah malam ini,
terkubur hampa terbunuh cita cita.

Apa yang kau cari wahai bidadari?
Berjalanlah lurus jauh kedepan,
biarkan pemburu tidur bersama senapan dan pedang.

Cerita tentang perbukitan batu kejadian selamanya gersang,
tanpa kehidupan
hanya benda mati bernama catatan pengalaman.

Selamat datang dikotaku, embun dan malaikat
meski bukan pintuku yang kau tuju


Gempol, 070707

Dua Bola Mata





bintang bintang telah jatuh diselatan
akan kukenangkan wajahmu dalam lamunan
daun daun mahoni gugur menari di sepanjang jalan Binamarga
aku terbang menuju awan
bersama kekosongan dalam angan angan
matahari mendorong punggung
kubangun mimpi yang berputar di setiap tikungan kehidupan
benda mati menyimpan sejarah misteri
sedangkan yang hidup mengumpulkan tragedi demi tragedi
wangi rumput surga memenuhi rongga jiwa
dengan matamu setajam pedang para syuhada
mata yang menyimpan telaga kejujuran bagi dahaga si pejalan
inilah aku,
pecundang lesu di kegelapan
yang membangun rongga rongga persembunyian
untuk wajah yang berlainan.
inilah aku,
yang sepanjang hidup dalam pelarian
tanpa pencarian
hanya menelanjangi diri dengan pengakuan

dan kau benar,
drama bukannya terlalu cepat selesai
kita hanya salah memulai
atau kita yang tidak biasa melakukan
yang pasti,
sang waktulah si pengendali kehidupan…

Gempol, ketika daun Mahoni pada gugur 070707

Wednesday, July 04, 2007

30 Tahun Bulan Purnama



Rebahlah kepala
di pangkuan bunda tersayang
berselimut cinta di pelataran
langit tanpa batas
luas yang maha biru
bulan bulat seumpama koin
ditimpa semerbak wangi rumput teki
menyambangi sunyi
suara satwa dan jerit jelungan dikejauhan
jadi ilustrasi dongengan suara merdu bunda
mengantarkan kantuk
pada malam sejuk dibawah purnama

(30 tahun kemudian…)

ditimur laut
bulan bulat umpama bola
penuh
sepenuh hati yang berisi cerita
dan bunda tersayang dalam boncengan…

Apa cerita hidupmu tigapuluh tahun belakangan, anakku?

Dan malam berkisah tentang hidup
kalis dari pedih dan luka luka masa lalu
; anakmu kini jadi lelaki

Ciracas, 070629

Bisikan Kegelapan



(Tristan & Isolde)

wajah dan mataku muncul dari kegelapan
dan hati yang gelisah menjadi damai kini
dimana kita bisa menemukan tempat yang lebih baik?
tanpa menaklukkan utara
dan menundukkan barat

apapun yang mati tidak akan menjadi setara
jika cinta saling menyatu
dan bisa saling suka
tak ada yang menjadi nomor dua
tak akan ada yang mati
ada kehidupan yang lebih baik
dari sekedar kematian
;kesendirian adalah segalanya

Ciracas 040707