Tuesday, July 27, 2010

Karangantu














memunguti serpihan sejarah
beling beling masalalu bercampur selongsong peluru para serdadu
dari kejayaan yang perlahan punah
bercampur lumpur dan dimakan tanah
bandar besar tinggal nama
berganti tambak berpetak petak
ditinggalkan pantai yang tenggelam oleh laut Jawa
dalam terpaan matahari setinggi kepala
tanah makan menggenang diam
vihara Avalokitesvara di naungan sepi pohon bodhi
sekantong kenangan hadirkan rindu yang melangit
gundukan tanah tak matikan masa silam
meski merana menunggu zaman membutakan awal kejadian

Karangantu, 100709

Thursday, July 22, 2010

Malam Terakhir











udara dibelah lengking kereta
pada malam hitam tanpa cahaya
tangis lokomotif sepanjang dusun dusun purba
meninggalkan rel tua ratusan tahun kesepian
tanah ini menjadi kuburan masa silam
sebab hidup bukanlah semata benda padat

di celah antara udara dan angkasa
kelelawar sesali drama peradaban
durhaka pada cikal bakal
meriam dan perahu bisa saja tertimbun waktu
perang dan pelabuhan bisa saja dihentikan zaman
Di ujung barat laut negeri makmur
Banten Lama akan terus ada
Sorosowan,
Speelwijk,
Kaibon,
dan Tasikardi
Sebuah jalan harmoni yang melintas
di sepanjang utas umur bumi.

Serang 100709

Saturday, July 17, 2010

Lepas












lepas gerbong dari gandengan
jalan membelah, beda arah
laksana sampan mengapung di Batang Arau
lepas sauh, jauhkan jalan

sudah semestinya ada perpisahan pada setiap perjumpaan
seperti kepastian janji kematian dalam setiap kehidupan

hening ini meredakan api
tinggal tersisa siksa dari gempa akhir tahun silam
bengkah bengkah pondasi kepercayaan
siap merubuhkan kastil pasir
tempat kisah negeri negeri antah berantah tersimpan

wajahmu terbawa angin
sedangkan jejak kakimu tersapu ombak
hanyut tak bertuan
bersama lumpur usia dan renik cita cita
tinggal kenangan menjelajah dasar samudera
lalu terdampar dalam bayang bayang di Tanjung Lesung

setelah ini tak akan lagi tinta
untuk ditoreh di lembar diary
kemasi rencana dalam ingatan jua
catat semua dalam tulisan tanpa aksara

pada puing kesekian bangunkan keyakinan
dengan nyeri matapedang menusuk hati
tegaklah tegak wahai kepala
kokohlah kokoh wahai kaki
hayati sepi
sebab riwayat punya jalannya sendiri

Padang 100717

Thursday, July 15, 2010

Kamuflase














percuma kau tutup mataku
karena aku melihat isi dunia dengan hatiku
sebab mata kerap tertipu
oleh tipu sang penipu

sia sia kau tutup telingaku
karena aku mendengarkan dengan jiwa
sebab jiwa mengenali suara palsu
penafsir ulung segala maksud
bahkan yang tak terdengar oleh telinga

kamu adalah kamu
meskipun seribu lapis topeng kau kenakan
tak akan merubah bentuk dan wujud sejatimu

maka kulepaskan simpul pikiranku
pada langit malam singgasana kegelapan

Gempol 100715

Rindu Kecut














rembulan malam kedua Sya’ban
ujungnya mengoyak hati bimbang
dan senja meredupkan kasih

rindu menyerbu ke ruang tamu
masa lalu yang tak pernah pergi itu
datang membangkitkan dia yang menghibernasi
sebagian lagi berisi belati karatan
kisah pejalan kencani pejalan
dia yang terbungkus masa lalu
selalu hidup dan datang dalam diam
dan sesungguhnya kenangan adalah akar raflesia dibawah tanah
meskipun terkubur dusta dari ribuan kata kata
bahkan janji tali hati tak mengikat kewajiban apapun jua
maka biar kulepaskan engkau bagai udara
kembali kepada wujudmu yang semestinya

akulah pendosa
karena menumpas kisah asmara milik jagad raya
menyebabkan penyairmu jadi terluka

Gempol 100715