Thursday, October 06, 2011

Perkabungan










: Bue (13 Agustus 1942 - 06 Oktober 2011)

lentera itupun padam
cahayanya hilang berganti alam
tersisa kenangan masa masanya memberi pengetahuan
tinggal pena riwayat yang berhenti mencatat kini
meski tak hendak hati melepaskan
api pesthi pasti terjadi
padahal daripadanya aku mengeja aksara
Bahkan kicau burungpun terhenti ketika engkau pergi
terbawa pagi, pergi tak akan kembali lagi
hanya tangis kami yang menggenang di kerongkongan

tidurlah yang tenteram ibunda sayang,
kuselimuti dengan hamparan kembang setaman
dibawah rindah pohon trengguli yang berbunga kuning terang
dunia baru tempatmu menghadap ke haribaanNya sang pemilik kehidupan
dimana seribu bidadari menanti untuk menemanimu
dilangit dekat kahyangan aku lihat sayapmu mengepak
lepas beban sepanjang hayat kau sandang sendirian
senandung doa menjadi puji pujian perkabungan paling sendu
ketika malam malam berlalu tanpamu

Sugeng tindak, Bue...

Andong 111006

Thursday, February 24, 2011

Malam Jahanam











detak arloji mengiris nadi
gelap tanpa suara
dinding dinding retak terbakar api
dada koyak oleh pikiran sendiri
malam yang jahanam pestanya setan
serasa seribu tahun menunggu pagi
rindukan embun penyejuk sakit hati
membawa dendam dalam gendongan

kusangka iblis yang bernisan waktu
rupanya penipu ulung yang menjadi ratu
kupilih diam jadi percakapan
melulu kutukan pada malam yang jahanam
kata kata tak cukup syarat untuk jadi kalimat

Secangkir kopi berasa tai
terdampar hampa dipagi buta
lunas tugas jadi saksi yang tuli
ketika iblis rayakan pesta

Bambuapus 110224

Tuesday, February 08, 2011

Layu















jalanan lama jadi tak sama
lengang di setiap tikungan
musnah tergantikan debu
sesuatu hilang
hilang sesuatu
sesuatu dalam pikiran
berpikir dalam bisu diam

kekacauan menjadi bukan kesedihan
hanya tatap cemas yang terhujam di ingatan
dibawah naungan rindang pohon cerry
ketika kita bertemu terakhir kali
setelah jutaan tahun hanya memimpi
pada dunia yang tanpa pertengkaran
kugenggam bunga layu dalam pelukan
rupanya rindu memang mengkerdilkan perasaan
sedangkan cinta,
lumpuh layu dipenjara peradaban.


Komsen – Rawa Lumbu 110207

Sunday, February 06, 2011

Nazar











ketaatan kupersembahkan kepada setia
yang membawa kehadiran setelah ribuan langkah jalan
mari kemari sambut saya, yang yang pulang ke bumi biasa
aku tahu dia menunggu tanpa pengharapan
senyum rekah dibawah rindang pohon kehidupan
dimana nyanyian anak anak tak henti melagu
persinggahan terakhirku setelah penolakan demi penolakan
di tikungan ke sekian
aku berhutang terimakasih kepadaamu, kehidupan.
yang terus menerus memberi keajaiban,
membuat bahagia bukan kepalang
hai abang tukang Bajigur
pagi ini kubayar lunas kewajiban,
sebagaimana kutuai nazar hati yang tak terucap
ketika padamu tak punya uang kembalian

Balebengong Halim - 110204