Wednesday, August 22, 2012

Fitri 2












ziarah ini telah kehilangan arah
tersesat oleh senyum haru di wajah menua
mengais sisa kenangan masa muda
ketika kegembiraan membuncah
di pagi fitri
tinggal berjajar
anak anak haram yang lagi yatim piatu

kesedihan datang bergumpal laksana awan
membekap bisu dalam seribu langkah
mati bersama sunyi yang mengiris hati sepi
rupanya ketersediaan tak berkawan dengan kesediaan
pintu pintu terkunci
jendela jendela terpaku
daun telinga dunia telah mati fungsi
tenggelam dalam euphoria hari raya;
penuh kegembiraan dunia

pada hari itu,
tidak ada suara yang dapat terdengar
kecuali suara nyanyian parau diri sendiri..

Pondok Aren, Lebaran 2012

Tuesday, August 21, 2012

Padam Bulan


















langit tak berbulan
malam muda berwajah muram
kuncup Leander terakhir lepas dari kelopak
luruh menghempaskan kuning ke tanah kering
tempat debu mati sia sia
bersama tetes air mata; sisa pertengkaran sore tadi
membeku bersama udara
demikian juga sikap kaku
gerak yang membatu
oleh kepatutan membentangkan tirai
satu satunya rambu kepatuhan
dalam ingatan

dan bulan tak kunjung datang
kita menunggu berselimut kecemasan
hingga hati melangkah pulang
rupanya malam telah padam

Bambuapus 120821

Sunday, August 19, 2012

Fitri 1

















aku menjadi debu gunung turun bersama embun
mengecupi aspal dan semen  tandus;
membangun mimpi.
mengambang di pagi fitri,
tak timbul tak jua tenggelam.
ruhku yang piatu tercerabut
dari lorong waktu masa silam.
lola kehilangan nostalgi kampung halaman.
ada yang manjing sunyi ditengah riuh.
tetap terasa sunyi meski ditengah gaduh perayaan,
konon pesta kemenangan. 

akulah debu gunung yang dipermainkan angin kemarau
di rimba beton.
meliuk kesana kemari
menikmati lengang jalanan.
menyembunyikan warna kesedihan
menyaru bersama perasaan merindu.
rindu akan masa lalu riwayat kalbu.

Gempol Lebaran 2012

Thursday, August 02, 2012

Losari












Pada waktu senja perlahan mengurung laut.
matahari jatuh dibalik pulau kecil

Pada matahari senja
Ada tatap matamu menebar debar
Kupunguti naraya wangi tubuh
Yang tercecer oleh angin dari kotamu yang jauh
Aku dan bangku beku menakar rindu
Menatap merana pada langit hampa
Sedangkan kata kata mengeja aksara
Menyalin asmara dari bibirmu yang serasa candu
Namaku engkau sebut lewat deru ombak,
laksana nafas kita menjadi badai yang menjombak
Sewaktu rambutmu tumpah di tepi dadaku; 
kala kita tak jemu menyatu

Losari 120802

Saturday, June 23, 2012

Hidup kedua

















Turunlah kemari hei bidadari
Turun ke bumi dimana aku menanti
Berhentilah sembunyi di balik pelangi
Bantu aku
Punguti serpihan kisah khayali yang jatuh jadi batu api
Turunlah kemari,
menjelma jadi benda padat yang mampu kusentuh
biar kueja setiap pori dan setiap helai rambut
Di hamparan waktu yang tertinggalkan hanya oleh jejak jejak masalalu
Bunga bakung di halaman kusiapkan dalam keranjang
Jadi sambutan atas bangkitmu dari tigabelas tahun kehilangan
Membawa tunas tunas baru bagi rapuh usia

Turunlah kemari hai bidadari,
Temui aku yang laksana raja Jawa ngersakke birahi
Biar kujelajahi tangis dan sukacitamu
Yang ribuan tahun terkubur puing kemegahan masa lalu


Sunter 120623