lalu semua menjadi gelap...
poems of buderfly
puisi adalah anak rohani yang lahir dari kedalaman hati, jujur menterjemahkan makna fikiran
Wednesday, September 04, 2013
Cemburu buta
lalu semua menjadi gelap...
Saturday, August 10, 2013
Mudik
Tuesday, April 09, 2013
Trotoar
Removed
Sepi
Layang Layang
Kenangan
Wednesday, August 22, 2012
Fitri 2
Tuesday, August 21, 2012
Padam Bulan
Sunday, August 19, 2012
Fitri 1
akulah debu gunung yang dipermainkan angin kemarau
Gempol Lebaran 2012
Thursday, August 02, 2012
Losari
Pada matahari senja
Ada tatap matamu menebar debar
Kupunguti naraya wangi tubuh
Yang tercecer oleh angin dari kotamu yang jauh
Aku dan bangku beku menakar rindu
Menatap merana pada langit hampa
Sedangkan kata kata mengeja aksara
Menyalin asmara dari bibirmu yang serasa candu
Namaku engkau sebut lewat deru ombak,
Sewaktu rambutmu tumpah di tepi dadaku;
kala kita tak jemu menyatu
Losari 120802
Saturday, June 23, 2012
Hidup kedua
Turunlah kemari hei bidadari
Thursday, October 06, 2011
Perkabungan
: Bue (13 Agustus 1942 - 06 Oktober 2011)
lentera itupun padam
cahayanya hilang berganti alam
tersisa kenangan masa masanya memberi pengetahuan
tinggal pena riwayat yang berhenti mencatat kini
meski tak hendak hati melepaskan
api pesthi pasti terjadi
padahal daripadanya aku mengeja aksara
Bahkan kicau burungpun terhenti ketika engkau pergi
terbawa pagi, pergi tak akan kembali lagi
hanya tangis kami yang menggenang di kerongkongan
tidurlah yang tenteram ibunda sayang,
kuselimuti dengan hamparan kembang setaman
dibawah rindah pohon trengguli yang berbunga kuning terang
dunia baru tempatmu menghadap ke haribaanNya sang pemilik kehidupan
dimana seribu bidadari menanti untuk menemanimu
dilangit dekat kahyangan aku lihat sayapmu mengepak
lepas beban sepanjang hayat kau sandang sendirian
senandung doa menjadi puji pujian perkabungan paling sendu
ketika malam malam berlalu tanpamu
Sugeng tindak, Bue...
Andong 111006
Thursday, February 24, 2011
Malam Jahanam
gelap tanpa suara
dinding dinding retak terbakar api
dada koyak oleh pikiran sendiri
malam yang jahanam pestanya setan
serasa seribu tahun menunggu pagi
rindukan embun penyejuk sakit hati
membawa dendam dalam gendongan
kusangka iblis yang bernisan waktu
rupanya penipu ulung yang menjadi ratu
kupilih diam jadi percakapan
melulu kutukan pada malam yang jahanam
kata kata tak cukup syarat untuk jadi kalimat
Secangkir kopi berasa tai
terdampar hampa dipagi buta
lunas tugas jadi saksi yang tuli
ketika iblis rayakan pesta
Bambuapus 110224
Tuesday, February 08, 2011
Layu
jalanan lama jadi tak sama
lengang di setiap tikungan
musnah tergantikan debu
sesuatu hilang
hilang sesuatu
sesuatu dalam pikiran
berpikir dalam bisu diam
kekacauan menjadi bukan kesedihan
hanya tatap cemas yang terhujam di ingatan
dibawah naungan rindang pohon cerry
ketika kita bertemu terakhir kali
setelah jutaan tahun hanya memimpi
pada dunia yang tanpa pertengkaran
kugenggam bunga layu dalam pelukan
rupanya rindu memang mengkerdilkan perasaan
sedangkan cinta,
lumpuh layu dipenjara peradaban.
Komsen – Rawa Lumbu 110207
Sunday, February 06, 2011
Nazar
yang membawa kehadiran setelah ribuan langkah jalan
mari kemari sambut saya, yang yang pulang ke bumi biasa
aku tahu dia menunggu tanpa pengharapan
senyum rekah dibawah rindang pohon kehidupan
dimana nyanyian anak anak tak henti melagu
persinggahan terakhirku setelah penolakan demi penolakan
di tikungan ke sekian
aku berhutang terimakasih kepadaamu, kehidupan.
yang terus menerus memberi keajaiban,
membuat bahagia bukan kepalang
hai abang tukang Bajigur
pagi ini kubayar lunas kewajiban,
sebagaimana kutuai nazar hati yang tak terucap
ketika padamu tak punya uang kembalian
Balebengong Halim - 110204
Wednesday, October 20, 2010
Jagir
Merayapi naungan lampu lampu mati
Anyir bau kali dan keruh birahi
Langit hanya hitam diam
Wajah wajah yang gelisah
sinema dokumenter menghidupkan kisah kisah kematian
pada akhirnya masa lalupun kian dilupakan
hingga tersisa hanya gerbong demi gerbong kekecewaan
terangkut kesana kemari dalam ingatan
Stasiun Wonokromo yang berdaki
Menampungi mereka yang terbuang dari peradaban
Mereka yang tampil seolah mau bepergian
Pergi menjauh dari kemiskinan yang memalukan
Wajah mereka lelah mencari jawab atas aniaya lapar
Ibu anak anak menjelma perempuan malam
Bergincu, berbedak dan lapar
PSK tua sendiri ditikam malam
Di stasiun Wonokromo, tepian kali Jagir yang tak pernah mati
Surabaya 101020
Tuesday, July 27, 2010
Karangantu
memunguti serpihan sejarah
beling beling masalalu bercampur selongsong peluru para serdadu
dari kejayaan yang perlahan punah
bercampur lumpur dan dimakan tanah
bandar besar tinggal nama
berganti tambak berpetak petak
ditinggalkan pantai yang tenggelam oleh laut Jawa
dalam terpaan matahari setinggi kepala
tanah makan menggenang diam
vihara Avalokitesvara di naungan sepi pohon bodhi
sekantong kenangan hadirkan rindu yang melangit
gundukan tanah tak matikan masa silam
meski merana menunggu zaman membutakan awal kejadian
Karangantu, 100709
Thursday, July 22, 2010
Malam Terakhir
udara dibelah lengking kereta
pada malam hitam tanpa cahaya
tangis lokomotif sepanjang dusun dusun purba
meninggalkan rel tua ratusan tahun kesepian
tanah ini menjadi kuburan masa silam
sebab hidup bukanlah semata benda padat
di celah antara udara dan angkasa
kelelawar sesali drama peradaban
durhaka pada cikal bakal
meriam dan perahu bisa saja tertimbun waktu
perang dan pelabuhan bisa saja dihentikan zaman
Di ujung barat laut negeri makmur
Banten Lama akan terus ada
Sorosowan,
Speelwijk,
Kaibon,
dan Tasikardi
Sebuah jalan harmoni yang melintas
di sepanjang utas umur bumi.
Serang 100709
Saturday, July 17, 2010
Lepas
lepas gerbong dari gandengan
jalan membelah, beda arah
laksana sampan mengapung di Batang Arau
lepas sauh, jauhkan jalan
sudah semestinya ada perpisahan pada setiap perjumpaan
seperti kepastian janji kematian dalam setiap kehidupan
hening ini meredakan api
tinggal tersisa siksa dari gempa akhir tahun silam
bengkah bengkah pondasi kepercayaan
siap merubuhkan kastil pasir
tempat kisah negeri negeri antah berantah tersimpan
wajahmu terbawa angin
sedangkan jejak kakimu tersapu ombak
hanyut tak bertuan
bersama lumpur usia dan renik cita cita
tinggal kenangan menjelajah dasar samudera
lalu terdampar dalam bayang bayang di Tanjung Lesung
setelah ini tak akan lagi tinta
untuk ditoreh di lembar diary
kemasi rencana dalam ingatan jua
catat semua dalam tulisan tanpa aksara
pada puing kesekian bangunkan keyakinan
dengan nyeri matapedang menusuk hati
tegaklah tegak wahai kepala
kokohlah kokoh wahai kaki
hayati sepi
sebab riwayat punya jalannya sendiri
Padang 100717