Saturday, September 03, 2005

Kita dan Harapan

:N

Sempat kutanya pada hatimu
Tentang makna keterpurukan ini
“ Tak tahu” jawabmu selalu
Setelah ribuan kata hati kususun jadi filsafat
Menghambur bagai kentut ditelingamu
Aku melihat tangismu
Tangis yang itu itu juga; palsu
Aku mendengar suaramu,
Suara yang itu itu juga; dusta
Aku mendengar tawamu;
Kegirangan atas kehancuranku yang kau sengaja!

Tinggal aku melata tanpa suara
Mengharap duli tuanku bermurah hati
Memberi sedikit pernawar pedih jiwa penduka
Atas luka yang berabad tinggal didalam dada
Aduh tuhan,
Kenapa kesombongan tinggi menjulang
Memandangku hanya si pincang yang pura pura
Membiarkan aku tetap melata menahan perih hati
Sampai mati
Mengharap engkau bermurah hati, sedikit saja membuka mata


Rumah hampa 2 September 2005

1 comment:

Anonymous said...

find out here now see post click here to investigate More Bonuses view more information