Thursday, December 27, 2007

Sapamu









:morningdew

langit fikiran runtuh
oleh hujan harubiru
dari sapamu yang datang semalam
gemuruh rasa seperti suara jalan raya
pabrik sepi
mati kehilangan geraknya
ada tangis
bahasa sejuta makna

kenangan tentangmu membanjir
menggenangi pagi
suaramu
gerakmu
baumu
mata mungilmu
kaki indahmu
rambut tandukmu yang berwarna entah
dan cinta kasihmu yang melimpah
semua....!

diam diam telah kukurung rindu
supaya kokoh melindungi rapuh hati
selama pergimu
ini dinding itu runtuh
rubuh tak berbentuk
aku menjelempah menjadi ikan dipasir pantai
dihempaskan oleh ombak yang semula membuai

aku hanya kuasa
menyimpan rindu mengusung doa
bagi baik dan bahagiamu disana
...dimanapun engkau berada...
(aku tahu,
engkau selalu ada...)

Ciracas 071228

Monday, November 26, 2007

Mencarimu dalam diamku











jajak jejak kakimu kujilati
mencari sisa wangi nafas yang dulu membius hati
batu batu mati
pohon pohon beku
dan dedaunan membatu
tinggal kenangan masasilam
terbawa angan diterbangkan musim
bumi menelanmu pergi
menjauh dari hati yang diceraikan
hanya karena harus demikian

sudah kuikut
angin dan musim
menyeret membanting
pasrah pada alam tanpa tuan
menyisir subuh demi subuh
setelah malam malam melengang panjang

hari ini berwarna muram
seperti tidur yang kepanjangan
terbangun dengan ribuan sesal
kutunggu mimpi tentangmu
diantara bangkai waktu yang berserak
menjelempah di pantai rindu
telah tak kutemukan adamu
meski langit dan angin jatuh di ujung nafasku

(jangan terlalu banyak membawa kenangan dalam hidup
…kasihan orang di masa depanmu …)

ciracas 071126

Wednesday, November 21, 2007

Catatan dari pengasingan diri









Arloji mengendap endap dekati senja
Di hati tersisa sampah rasa
Ketiadaan atas masa berjalan
Meninggalkan lubang tanpa warna
memboros usia dalam diam yang menggenang
Pikiran telanjang dikurung dendam
Pena patah
Tangis tak jua tumpah
Buntu mandul dalam kekapan sepi
Maafkan aku dalam pengasingan
Membaca hati sendiri dalam cahaya gelap
Merabai luka demi luka yang tiba tiba terasa kembali
Setelah ribuan tahun pura pura jadi lelaki

Ciracas, 071121

Tuesday, November 20, 2007

Bimbang







mimpi menusuk menjelang pagi
menyisakan resah sepanjang hari
sakit hati tak jua pergi
meski sempurna ditutupi

aku terdiam oleh dendam yang menikam
berlumur angan dengan makian
kubawa melaju sepanjang jalan
membelah angin memaksakan tujuan

bimbang oleh masalalu
masalalu yang mengandung sesalan
bimbang oleh masadepan
masadepan yang mengandung kecemasan

biar kukubur jiwa yang sakit
ketempat dimana tak kutemui hati plastik
dimana yang ada hanyalah langit

ciracas 071120

Tuesday, November 13, 2007

puisi basabasi








kata katamu pekak tak bermakna
penghiburanku bagi hambarnya rasa
semalam engkau disana
pagi ini engkau ditempat berbeda
entah nanti siang engkau dimana
sebab tanyaku kau jawab hampa

hanya ada pesta dan upacara
perayaan atas hati yang gembira
pembenar tawa selepas angkasa

siang yang terang
malam yang kelam
aku ingin sembunyi saja
dari siksa mata dunia





Ciracas, 071112

Tuesday, November 06, 2007

Sebelum hujan







pelangi pucat menggaris langit
dalam kurungan mendung
menggantung muram
bumi kita sudah begitu usang
sedangkan percakapan terhenti ditangah jalan
di rimba mana mesti aku temukan
aroma nafasmu yang berdesahan

sebelum hujan
di ladang kering
berabad abad kesepian
ditikami tajam matahari
aku ingin menemukan lagi
seujung pandangan senyummu
yang pernah menyejukkan
lalu memabukkanku

hilangmu menyisakan kematian
berwarna hitam
meninggalkan jejak jejak waktu
mengubur satu demi satu
rambut wangi rumputmu
yang gugur oleh tangis
tak sanggup kuhentikan
entah seberapa ratus tahun lagi
aku menunggu gerimis menemukanmu
sebelum hujan
sebelum kenangan menenggelamkan fikiran…

aku hanya ingin mintakan pengampunan
atas tangis yang kau sembunyikan…

Ciracas, 071106

Friday, October 19, 2007

Nyanyian Surga








manis rindu
sisa wangi nafasmu
menggelayut diruang kalbu
merayu hati
tembusi ujung lingkaran angan angan
pada rangkaian dialog panjang
ketika kita melebur jiwa dulu
bagimu telah kubangun kastil pasir berkabut wangi
didunia baru dengan kilauan embun
disetiap pucuk hijau rumput
dan anak anak suci
selalu disana menjelma jadi malaikat; sang Cupidon.
akan kau dengarkan nyanyian bunga bunga
dihembus angin pengembara
mengabarkan cerita asmara
dari negeri negeri yang jauh tak terjangkau nalar
lunturkan luka lama kita
terkadang menancap ditelapak kaki
enggan perpedaya oleh kisah manis rekaan
yang dulu kuteriakkn menipu diri

Benhil April 18, 1996

Wednesday, October 03, 2007

Jenuh hidup matirasa










berada diwaktu dan tempat yang salah
orang orang tanpa jiwa.
kosong semata.
bangku terisi
telepon berdering
dan tatapan mata berpendaran menelanjangi ruang
kata kata dihamburkan
sedangkan hati pulang di bale persenggamaan

hidup hanya keharusan
adalah keharusan bertahan.
percintaan bergeser makna
bukan lagi takaran rasa
berubah jadi gelembung udara
sejarah kehilangan bobot
pikiran adalah badai
acak kesana kemari
mengikuti kabur
pabrikasi hambar
pesimitik...

perantau pulang
hamburkan sukacita
sebagian menjalankan kereta
demi hari setelah perayaan usai
dimana pagi suguhkan kue teka teki

dan sebuah maaf tanpa penjelasan
menyisakan jelaga di angan angan



cibubur, 071001

Tuesday, October 02, 2007

Cinta Terlarang













Bulan tersenyum lembut memeluk diriku
Haru biru dijantungku teringat kau juwitaku
Ingin kuberlari mengejar tirai yang kelabu
Batas cintaku dan cintamu
Hari yang indah dimana kita berdua
Denyut jantung dua insan dalam gairah asmara
Sehari serasa sekejap didalam pelukan
Kita menangis karena harus berpisah

Indah cinta terlarang
Gundah cinta dilarang
Tiada restu orang tua
Luka karena cinta sangat susah obatnya
Gairah nafsu
dendam dan rindu
berusaha bertemu

Cinta terlarang cinta yang susah untuk dikekang
Indahnya cinta terlarang…


(By: Bimbo)

Friday, September 28, 2007

Rembulan di Binamarga












bulan penuh di langit timur
berwarna saga menggantung ragu
ada wajahmu disana
jadi lukisan angkasa
senyum manismu memenuhi sela
pipimu yang menggembung
bulan itu,
mengoyak senja redup
seperti tatapan mata sayumu
yang mengantar kisah perjalanan
sesiang tadi
menusukkan sejuk ke hati pemalu

malam mati muda
dalam pelukan sepi
diantara titian khayal
kubawa rasa ke kubang mimpi
dan rindu yang sarat
terangkut angin kering yang menuju kotamu
malam ini…

Binamarga - 070927

Thursday, September 20, 2007

Satu dari ribuan hari










Syahdan,
satu dari ribuan hari
buruk rasa menyerang
untuk menghancukan
inilah
harga atas kompromi:
telan mentah semua kalah
sakit rasa dikalahkan
sesudahnya disalahkan
apa definisi terpantas?
ikutkan perih
dari kulit sampai ke tulang
untuk hidup lain
agar aman dan baik
siapa tahu,
bakal ada penghargaan;
jadi pahlawan kesiangan

maafkan aku wahai dunia
karena berdiri
diatas puing hatiku sendiri

Ciracas, dibawah panas 070920

Monday, September 17, 2007

Hablur









kubawa lara hati
menyusur kota mati
padahal pagi belum lagi siang
tak ada bau matahari dibumi
menangis sampai ke ujung jalan
menyeret luka sepanjang aspal kota
air mata tertabur
lewat pandangan yang mengabur
kuketuk hati yang terkunci
hampaku terbawa bersama laju angin
rintihan dukalara paling memilukan
agar bisa kau baca maknanya luka kambuhan
tertusuk prasangka
diombang ambingkan dendam
berharap dapat kutitip sedih ini
semua mati
semati pagi
pintu batu
di gerbang rumahmu
mengusirku pergi

ciracas, lepas weekend 070917

Friday, September 07, 2007

Sejengkal sesal










satu dua
kata dari udara
membenamkanku
di lubang batu
hati yang bolong
melongok ke langit
sunyi yang sama
jauh di gua rasa

sonyaruri kini mati
terkubur kenangan tak mau pergi
meski sukmaku melanglang
pada ratusan malam setelah aku kehilanganmu
hanya gema dari tangismu yang tersisa
menikami jantungku
dengan belati rasa bersalah yang mengabadi

puisi ini seperti luka yang kuberi
yang hanya terasa jika kau baca
maaf saja tidak akan pernah cukup

Gempol 070907

Saturday, September 01, 2007

Muram Durja








tangismu pecah di ujung bumi
mengoyak hatiku
tercabik oleh simpati menggilas batin
menuang lara dalam bejana rasa

cinta menyeretmu jauh dari tawa
terjebak kini dalam absurd makna
terbanting daun pintu hati kekasih yang kau puja
tepat di wajahmu yang pengalah
rintihmu mengurai sepi

setetes air mata terakhir gugur ke tanah
kupungut dari sisa halimun
kubingkai jadi ornamen kisah
tentang kita yang tak lagi mungkin bersentuhan
terhalang kokoh dinding kaca peradaban

betapa sedihnya hati
melihatmu tak bahagia
dan tak sanggup kuberbuat apa


ciracas 070901

Wednesday, August 29, 2007

Ndhok amun-amun















- diambil dari kepala yang kosong isi -
: bagimu pemegang belati

tiba harinya katamu,
semua orang pergi
jadikan hidup lebih berarti
meninggalkan kubangan yang pernah kita gali
pesan demi pesan mengering dikalahkan panas matahari
rintih dan jerit perlahan diacuhkan bak nyanyian setan

wajah bening pura pura melupakan
biar kupermudah
menghilang dari bumi pikiranmu
persis sama seperti
butiran debu yang lewat di mata kakimu
lakukan apa yang terpantas kau lakukan
raihlah buah tertinggi dari keinginan

aku menangis untuk perpisahan
dan untuk puntung puntung rokok
disepanjang jalan
yang telah terbuang setelah hilang kebanggaan

kata maaf
kata penghargaan
dan perpisahan
mengisi siang penuh bara
nun jauh di gambut jiwa
terbakar hangus jadi abu
dan berganti perasaan


aku minta maaf pada peluang yang pernah memberi kesempatan
aku minta maaf atas kedunguan menggila yang mengkerdilkan hati…


ciracas, 070829

Tuesday, August 28, 2007

Ziarah (2)


: para kekasih hati

angin mongso bediding
kering penuh kenangan
membekukan tulang
raihlah aku
sembunyikan aku
ke tempat paling sunyi di muka bumi
bawa aku bersamamu
dalam diam dan sejukmu
menikmati percakapan
di pematang ladang
dibawah bulan berwarna orange

aku letih mengembara
mengikuti angin
mengendarai ombak
menjadi debu

inilah ziarahku ke makam kenangan kita
bagimu yang hidup dalam keabadian masa
bagiku sama saja
selama engkau penghuninya
sebab indahmu tak pernah mati
menjadi bunga di langit hati

ciracas, 070828

Thursday, August 23, 2007

Mantra Pamujan









: . . .

senyummu membutakan matafikiran
bayang wajahmu mengikuti langkah
menantang hari
ribuan pertanyaan tentangmu
datang ke palung hati
kusembunyikan lalu memeramnya dalam diam
langkah kita pupus
aku hanyalah sepotong kabut
yang melintas di cerah ceria masa lalumu

aku rindu kamu
rindu hangat sapamu
rindu kaya ceritamu
rindu indah kasihmu
rindu yang tidak terlunaskan dengan kata

kubaca puisimu
khidmat setiap kata dan kalimat
seolah engkau berbicara padaku
tapi tak kutemukan butiran kata itu
bukan
bukan untukku
kuyakinkan diri
aku memang sebaiknya mati bagimu
hanya arwah yang tak berbentuk ini
yang selalu ada disetiap detikmu
disetiap bait syair yang kau cipta

aku kini hantu bagi indah hidupmu
tapi di setiap lorong bathin
…kamu ada…
mencairkan beku
menerangi gelap
dengan sangat diam diam

aku memujamu,
…memujamu tanpa syarat
aku tahu
tak pantas buatmu
biar saja
biar saja jika engkau tak sudi mengartikannya
aku hanya ingin,
melahirkan anak nuraniku dihadapanmu…

Ciracas 070823

Wednesday, August 22, 2007

Salah











Rasa bersalah membebat kaki
Meilntah pada nadi
mengalirkan kesukaan dari angin dan butiran hujan
Nurani menghakimi sikap
ingkar kepada keniscayaan masa
Satu kaki menapaki dunia terang
Selebihnya berjalan dalam kegelapan
Hati yang rapuh bermimikri dalam bimbang
Sesekali berhenti merenung dalam
‘apa yang kau cari, wahai hati?’

Didepan jalan masadepan
Luas melempang tanpa penghalang
Dan cinta yang bercabang mengaburkan pandang
Menjadi secuil secuil fragmen sejarah
Tunas kasih yang tumbuh dari patahan ranting jiwa
Tumbuh justru ketika kemarau meremukkan iga

Pada waktunya engkau harus kembali
Menjadi diri representasi adat
Dan kita tinggal punya cerita
Tentang duni kecil berpelangi
Sunyi tak berpenghuni
Dunia tak bertuan
Dimana hati jadi tumpuan
Tempat kita sembunyi dari kegetiran
Dan mereguk suka sepenuh jiwa

Usah dikekang
Usah dikenang
Jalani saja
Sampai dimana
Kaki akan berhenti
Mati…

Ciracas, 070821

Thursday, August 09, 2007

Sketsa sore





Perlahan menjauh dari tempik sorak dunia
Sesadar kita, usia telah menjadi tua
Seperti daun cemara yang rontok
Jadi sejuk oleh tanah lembab gunung Lawu dulu

Sahabat datang lewat sekerjap
Mengabarkan kehidupan panjang angan angan
Nun jauh dari seberang lautan
; berharap suatu saat kita dapat bertatap mata
Rindu ini seperti keong yang memfosil di batuan cadas
Jadi gambar penjaga sejarah belaka
Kehilangan hidup,
Juga kehilangan kematiannya

Seranta debu luluh di aspal jalanan
Bersama serapah yang tersembunyi disetiap atas roda
Lelaki yang beruntung
Perempuan yang beruntung
Dalam persoalan hidup yang terus merubung
Menyatu dalam sore yang memerah saga

Ciracas, 070809

Friday, July 13, 2007

Subuh








Dan…
nanti jika fajar mengantar matahari ke atas bumi
mungkin tidak akan kau temukan sapaku di langit ruanganmu
aku telah menebus pagiku dengan menemani sepi
menelusuri ujung malam
menuju pagi

sebentar lagi ufuk jingga akan merekah di timur sana, dan cicit burung akan membahana mengiringi deru kehidupan, deru mesin dan deru kecemasan
; apa yang bakal terjadi hari ini nanti...

Butiran embun tadi menerpa wajahku sepanjang jalan
mengantarkan rindu yang menggulung hatiku akan sosokmu
akan hangat dan sejukmu.

Engkau menjadi setetes air kehidupan
bisik angin lembut yang kelelahan setelah menyelimuti atap rumahmu tadi
menidurkanmu dalam mimpi yang menenteramkan.

Pejamkan mata pedangmu
peluklah mimpimu
rebahkan segala gundah dan resahmu pagi ini
biarkan alam menjalani tugasnya diam diam

Mengawal langkah waktu menuju pagi
serasa seperti mengiringi seekor kupu kupu berjalan menjelajah langit Sunyi ini begitu indah untuk dikenangkan
bahkan fikiran yang ramai memanggil bulan dan bintang bintang yang telah menghilang

Dalam sendiriku, kutemukan engkau luruh dalam pelukan rindu...

Ciracas menjelang subuh, 070713

Monday, July 09, 2007

Istirahat




besok saja kita lanjuti
berburu kata di rimba udara
sekarang letakkan pena
matikan lampu
cahaya redup
fikiran hidup
rebahlah rebah raga kasihan
lelaplah lelap sukma melanglang
mengendaplah perih dengan ketenangan
biarkan insting menayangkan
buah dada sekerjapan mata
lalu senyum di wajah orang orang kesayangan
alam,
wangi aroma rumput surgawi menemani
kutitipkan ragaku dalam penjagaanmu
sementara aku berselancar di dunia jeda
batas tipis antara hidup dan mati
tempat tinggal para malaikat dan bidadari


Gempol menejelang fajar, 070709

Saturday, July 07, 2007

Kedatangan









Rintik hujan tengah malam mengurai kalahku
pada angin kotamu yang menerpa wajah
bersama aroma malaikat pengawalmu.
Aku menyingkir ditepian garis takdir
untuk kesekian kalinya menyerah pasrah.
Aku jadi hanya seonggok tubuh resah malam ini,
terkubur hampa terbunuh cita cita.

Apa yang kau cari wahai bidadari?
Berjalanlah lurus jauh kedepan,
biarkan pemburu tidur bersama senapan dan pedang.

Cerita tentang perbukitan batu kejadian selamanya gersang,
tanpa kehidupan
hanya benda mati bernama catatan pengalaman.

Selamat datang dikotaku, embun dan malaikat
meski bukan pintuku yang kau tuju


Gempol, 070707

Dua Bola Mata





bintang bintang telah jatuh diselatan
akan kukenangkan wajahmu dalam lamunan
daun daun mahoni gugur menari di sepanjang jalan Binamarga
aku terbang menuju awan
bersama kekosongan dalam angan angan
matahari mendorong punggung
kubangun mimpi yang berputar di setiap tikungan kehidupan
benda mati menyimpan sejarah misteri
sedangkan yang hidup mengumpulkan tragedi demi tragedi
wangi rumput surga memenuhi rongga jiwa
dengan matamu setajam pedang para syuhada
mata yang menyimpan telaga kejujuran bagi dahaga si pejalan
inilah aku,
pecundang lesu di kegelapan
yang membangun rongga rongga persembunyian
untuk wajah yang berlainan.
inilah aku,
yang sepanjang hidup dalam pelarian
tanpa pencarian
hanya menelanjangi diri dengan pengakuan

dan kau benar,
drama bukannya terlalu cepat selesai
kita hanya salah memulai
atau kita yang tidak biasa melakukan
yang pasti,
sang waktulah si pengendali kehidupan…

Gempol, ketika daun Mahoni pada gugur 070707

Wednesday, July 04, 2007

30 Tahun Bulan Purnama



Rebahlah kepala
di pangkuan bunda tersayang
berselimut cinta di pelataran
langit tanpa batas
luas yang maha biru
bulan bulat seumpama koin
ditimpa semerbak wangi rumput teki
menyambangi sunyi
suara satwa dan jerit jelungan dikejauhan
jadi ilustrasi dongengan suara merdu bunda
mengantarkan kantuk
pada malam sejuk dibawah purnama

(30 tahun kemudian…)

ditimur laut
bulan bulat umpama bola
penuh
sepenuh hati yang berisi cerita
dan bunda tersayang dalam boncengan…

Apa cerita hidupmu tigapuluh tahun belakangan, anakku?

Dan malam berkisah tentang hidup
kalis dari pedih dan luka luka masa lalu
; anakmu kini jadi lelaki

Ciracas, 070629

Bisikan Kegelapan



(Tristan & Isolde)

wajah dan mataku muncul dari kegelapan
dan hati yang gelisah menjadi damai kini
dimana kita bisa menemukan tempat yang lebih baik?
tanpa menaklukkan utara
dan menundukkan barat

apapun yang mati tidak akan menjadi setara
jika cinta saling menyatu
dan bisa saling suka
tak ada yang menjadi nomor dua
tak akan ada yang mati
ada kehidupan yang lebih baik
dari sekedar kematian
;kesendirian adalah segalanya

Ciracas 040707

Friday, June 29, 2007

Cinta Terlarang

: embun


kemarin aku melihat
pasangan begandengan tangan
tidak ada yang aneh dalam pandangan

aku baru sadar
kita tak pernah melakukan itu
tidak pernah seperti itu
tidak pernah pergi bersama
tidak ada cincin yang sama di jari kita

hanya ada pertemuan
juga perpisahan
dan saat
yang terlalu cepat berjalan

cinta adalah buatan Tuhan
aku tak sanggup mengabaikan

tapi kenapa mencintaimu adalah kesalahan?

Gempol 070629

Monday, June 11, 2007

Mantrasmara



: Dew

kepada malam malam yang rapuh
telah kuserahkan hasrat yang membuncah
di pelataran mimpi angan berkubang
oleh senyum dan hangat sentuhan
ciumanmu terbawa oleh angin pancaroba
melintasi selat dan kota kota
menghujam palung rindu karatan
lusa pasti kan tiba
dimana ribuan rencana dalam tabungan
bergegas menghambur membaurkan waktu
ikatlah seuntai kenangan dalam tulisan
nanti jika angin basah menghembus wajah ayumu
dan meniupkan mantra pengantin di tanah yang bukan milik kita

pada gerimis yang mengigilkan matahari
jarum arloji terpasung kehendak hati
terburu buru lewatkan hanya satu hari
sekedar menuai ingin yang menganak sungai
menyesatkan penantian dalam pencarian
lambang kekacauan alam fikiran

aku hanya ingin,
menemukan lagi sorot matamu
lalu tenggelam dalam damai cinta kasihmu…

nutricia – diantara rintik gerimis 070420

Friday, June 08, 2007

Usai Hujan




hujan selesai.
tanah basah.
angin pergi.
udara mati .
hampa menghanyutkan hati siang ini
lalu biru..
syahdu mendayu di dalam sana…
bau ampo membahana
aroma wangi rumput surga
membawa harum tubuh tubuh kenangan
berjubal dalam ingatan

ketika hujan reda
hati menggigil sendirian
beratus tahun sendirian
terapung di laut masalalu
menuju belantara masadepan

dan cintaku entah dimana...

ciracas usai hujan, 070608

sajak rindu - 2


rindu ini
seperti langit yang menunggu rembulan
atau matahari

sepatah sapa laksana nyala api
memberi cahaya dan juga kehangatan
di dalam gelap goa batu pencarian
kadangkala,
sepotong sapa bagai tetes sisa embun pagi hari
memberi sejuk untuk hidupkan yang mati

rindu ini milik hati
seperti air yang mengalir ke bidang rendah
seperti angin yang mencari ruang kosong
hanya punya seribu arah
tujuan kemana kan pergi

aku rindu rasanya mencintai sesuatu
sebab cintalah yang menghidupkan dunia
ia peta bagi jelajah batin
atau sekedar berbicara dengan bahasa yang sama;
bahasa hati semata

ciracas, 070608

Thursday, May 31, 2007

pergi













kepada gelap udara aku bertanya
semalam tadi
tentangmu yang terbawa angin pergi
tak ada jawaban
hanya malam yang berjalan sempoyongan
kehilangan cahaya
juga jawaban

setetes air mata jatuh dari angkasa
entah punya siapa
mencium lumpur kering
dan jejak kaki
jadi debu
hanya sebutir saja

terima kasih
untuk pernah melintas
di langit luas…

nutricia, 070531

Tuesday, May 29, 2007

mencintai rindu









di antara gumpalan awan,
di antara deburan harapan
di antara pekatnya tanda tanya
kucari engkau siang ini,
beberapa inci dari matahari
langit terlalu luas untuk menemukan adamu,
wahai rasa mencintai
aku rindu sapamu...
nutricia, 070528

Monday, May 21, 2007

Malam Sunyi



langit diam tanpa rembulan
embun gugur dalam rencana penciptaan
sepi yang menikam
biru hitam semesta alam

mendung membungkus langit
memenjara angan
sepi menyempurnakan rinduku

disini kupeluk bayangmu
agar dekat dengan mimpiku

ah…
sesegera inipun
malam telah jatuh tua
Gempol, sepanjang sepi 070520

Wednesday, May 09, 2007

Engkau dan langitku


mengeja kerlip bintang
dulu engkau perkenalkan padaku
di planetarium khayali
kukenali satu, mengerjap lalu pergi
‘supernova’ katamu
sebelum jatuh kita dari loteng
tempat teleskop terpasang
menantang langit malam
jatuh mencium bumi kenyataan

seratus tahun kemudian
hatimu tak lagi mengijinkan
sekedar merabai kenangan
tarpahat di dinding waktu
sendirian aku menangisinya
sangkaku sapamu memupusnya
ternyata hanya sedu sedan penimbun rasa
kesekian kali aku pergi
hanyut pada angin yang kau usir
tak berharap menemukan apa apa
ku ikuti saja hati

bagimu,
tak ada lagi yang nyata
tak ada lagi rasa
ah,
sia sia...

Nutricia 070509

Friday, May 04, 2007

Sajak Rindu Sederhana

( Voice of innocents )

Aku punya alasan untuk menemuimu
Aku ingin bertemu dengamu
dan berbicara padamu
aku akan menunggu sampai kapanpun
karena tidak ada orang lain
yang dapat kucintai seperti dirimu

aku rindu padamu …

rindu yang tidak tertahankan
aku ingin bertemu denganmu
walau hanya bayanganmu saja

aku rindu padamu…

aku tidak bisa melupakanmu
karena kebahagiaan dan keceriaan
yang engkau berikan padaku…

gempol 070504

Thursday, May 03, 2007

overload



(Yang tercatat diam diam
Dari sebuah detik kesadaran)

Aku marah pada arloji
Yang tak memberiku waktu untuk berjalan
Sedangkan mentari menggoda sejak pagi

Aku ingin melaju
Membelah angin diatas keyakinanku

Hari ini telah kurenda nafas satu satu
Memupus harap pada yang pergi
Patahkan kunci dan biarkan mati

Di peti kenangan kusimpan
Sejuta rasa dalam peraman

Menunggu matahari tenggelam
Ternyata bisa lebih lama dari
Seribu tahun sendirian…

Nutricia - 070503

Ibu



usia telah memasungnya menjadi tua
pengalaman terpenjara dalam kurungan waktu
puluhan tahun membendung luka sendirian
menyembunyikannya dari tatapan sang tanggungan
hingga yang tersisa hanya damai
dengan luruh ke bumi
penderitaan menjadi milik penerbang
dengan kaki menginjak langit

maka aku pergi, ibu
mengikuti kaki laki lakiku
menjejak bumi jelajahi nyali
sampai ke ujung tanah
menyeberang lautan
terkadang terbang di awang awang
tempat tempat dimana dulu mimpi engkau tawarkan

; sekedar mencari makan
kumpulkan serpihan pengalaman

di wajahmu yang ayu tersimpan rinduku
menjadi jimat penguat kalbu
bahkan ketika badai dan guntur beradu
sampai nanti tiba saatnya
yang kau pinta akan jadi milikmu;
mori panjang untuk kain kafan


Gempol – Nutricia 070425 - 070503

Tuesday, May 01, 2007

Nyanyi perindu

: Liu Huangfei

seranta angin menembus senyumanmu
mengambang diantara kebimbangan hatiku
sapamu meruntuhkan tembok hijau
yang baru saja tumbuh terpupuk pertemuan

pagi ini aku menyelam dikehangatan sinar matahari
katamu lewat sepasang kupu kupu
yang melintas tepat didepan wajahku
kotaku sepi sejak engkau menghuni hati
sebab yang tertampak hanya rindu melempang
setelah ribuan tahu kita dipisahkan
dari pertemuan terakhir di stasiun yang itu juga

aku jadi ingat mata mungilmu
memandang jauh kelangit keniscayaan
permainan hidup dalam genggaman
ternyata sederhana menggubah impian
ikutkan hati saja pasti kan kejadian
lalu mbrabak matamu dalam keharuan
ketika genta dipukul tanda perpisahan

“biar sebentar tetaplah indah…”
bisikmu pada langit penghiburan
dan aku terkesima pada dinding kenangan…

ya,
setidaknya aku punya kenangan itu

Nutricia, 070501

Wednesday, April 25, 2007

kepulangan terakhir

nasehati aku ibu,
bagai mandi air kencing dibawah selangkanganmu
menyiram segala sakit dan menyembuhkanku
“jadilah bijak seperti lelaki, anakku”
dan jadilah kuat dengan kebijakan hatimu”
kata katamu bagai beludru
mantra sakti peneman ruhku
maka atas kersamu jadilah sepasukan hati
gagah pemberani menyemangati perkelahianku

ribuan tahun perang yang pekat di lubang sumur
tertutup tinta hitam jadi tulisan cerita
tersisa aku mengguyuri luka
dengan air kencing saktimu, ibu
hingga mukjizat mengeringkan lukaku
meringankan langkahku
dan menerangkan pandanganku
bagai mengoyak mendung
melongok ke langit biru
dimana matahari menerangi yang gelap dan sembunyi

betapa bersyukurnya aku
memiliki hidup yang tertitip olehmu, ibu…

gempol 070424

Friday, April 13, 2007

Pruthul




I am
alone
stranded
tired
blind
deaf
and
mute

deep
down
in the mud

of sorrow

gempol, 070413



Thursday, April 12, 2007

tlutur



seraya debu menjadi daki
menyerah pada pucat warna nasib
usia yang menua tiba tiba
apa menjadi sebab
kekinian yang nisbi
sesal mengazab

kuketuk hampa demi hampa
sekedar mencari rasa…

Nutricia 070412

Monday, April 09, 2007

Ziarah



(: rumah yang pernah terbangun inci demi inci
dari susunan keringat, air mata dan usia)


bebatuan gersang
rumput mati di halaman
merana ditinggalkan musim
jalanan batu kapur
haus kerontang tanpa asa
rambut rambut merah oleh debu
terpanggang matahari
dan kehampaan

makam ini siap kan runtuh
jatuh menjelempah bagai mati yang berulang
pohon kehidupan melambai tanpa bayangan
lesu mengabarkan catatan kesaksian
telah pernah ada disini hidup yang dimulai
dan petak petak mimpi tak lagi sudi tersemai
menjadi santapan iblis penghuni dada semata
duri atas cita cita yang tertumpas durhaka

menatap untuk terakhir kali
pintu mungil pekuburan kenangan
dengan hati terjepit ribuan ton kekecewaan
kaki bergegas pergi
tanpa doa dan salam
kecuali tangis diam sepanjang jalan

selamat tinggal wahai makam hidupku…
seonggok batu nisan berharap tanpa catatan
kokoh terbuat dari ruh keringat dan air mata
dari seberang lautan…

Baturetno – Andong 070408

Thursday, March 22, 2007

percakapan sunyi



: embun

sore
matahari layu
jarak mencerai hasrat
pikiran tinggal sedepa
kenali luka yang bakal tiba
tawa menjauh
tinggalkan bumi
tinggal sebungkus kenangan
;sedih

maafkan aku
tak bisa sembunyikan sunyi

“I know..”
jawabmu tanpa suara


nutricia, 070322

Tuesday, March 20, 2007

Elegi kepekatan




melepuh di bejana kebencian
bimbang dipermainkan angin setengah malam
pada tungku pikiran dendam terjerang
pekikan pelacur di pinggir empang menggarami luka
kemesuman sepanjang jalan merusak logika
mengombang ambingkan ragu
untuk menikamkan kenangan karatan ke jantung semata wayang
sinar sinar lampu menembusi amarah
terbawa dalam kecepatan cahaya
di muka tertoreh jelaga
sisa atas sesal yang kembali membara

aku mencari,
sisi murung dari bumi
namun nyatanya tinggal umbaran birahi
yang menentang racun sepenuh cawan nasib
kepada malam purba kutitipkan air mata
atas diri yang kehilangan diri
tersesat dalam rimba busuk
bersama satu dua kewajiban di pundak badan

dan tuhan entah dimana…


gempol, 070319

Wednesday, March 14, 2007

Pesimis





aku
ingin
tidak
berharap
untuk
berharap
atas
apapun
dari
apapun


Gempol, 070314

Nyanyian lilin




lilin di atas asbak
bergoyang risau terangi seonggok puntung rokok
telah satu pak pengalaman membias jadi udara
;sia sia
selebihnya kesunyian menjepit hati
tinggal jarum jam menjelma jadi genta
memekakkan pendengaran rasa
malam menangis lewat gerimis
kepala dilantai kehilangan isi
lelah mengurai cerita
tentang kelana di jalan tak rata
kaki perih bukan buatan
hati pedih bukan kepalang
dan sebait puisi lahir tanpa jiwa
nyala lilin jadi penghela
mencari makna dari bangkai waktu
tercecer di seonggok puntung rokok
perlahan pudar
lenyap bersama pijarnya, terlupakan
mati ditikam sunyi
ia terbakar hancur sendirian
tertinggal gelap tanpa harap…

gempol 070314

Linglung




terkurung dunia
sebongkah batu di kepala
membunuh langkah fikiran
mengaburkan masa depan
tersesat dalam gelap
tanpa cahaya
hanya gerimis menyinari
sepi ini seumpama tak bertepi
terkubur hidup hidup oleh
gunung amarah dalam bisunya
ternyata gunung batu yang menghuni kepala

andai bisa aku ingin memberontak
berlari kencang menjauhi dunia
meski pincang langkah kaki
meski usia tinggallah sedepa
...andai aku bisa…

gempol, 070314

Doa



Ya Tuhan, pemilik agung dari segenap isi kehidupan dan juga kematian

Kuatkan mataku ya Tuhan, menyaksikan bunda didera kesakitan, menahankan luka sepanjang perjalanan. Kuatkan hatiku juga ya Tuhan, menemukan diri begitu lemah tanpa kekuatan dimana seharusnya pengabdian bisa diterjemahkan dalam perbuatan.

Ya Tuhan, pemilik pengetahuan atas segala yang menjadi penghuni fikiran…

Ampunkan atas kebodohan dan kebutaan bathinku ya Tuhan, yang kesulitan memaknai hidup sebagai nikmat yang Engkau karuniakan. Dan beri aku kekuatan nurani ya Tuhan, memilih jalan bercabang bermarka pedih di hadapan, ijinkan aku menghunus pedang, membunuh iblis yang mengkerdilkan jiwa ini.

Ya Tuhan yang mengetahui sembarang hal yang tidak aku ketahui,

Maafkan aku yang tak sanggup melafalkan doa tepat seperti yang diajarkan sewaktu aku kecil dibawah rindang pohon Sawo dulu. Setidaknya bahasaku Engkau mengerti juga sebab Engkau maha mengetahui bahkan sebelum terucap dalam kata kata. Maka ijinkan aku memohon ya Tuhan, beri aku kekuatan untuk melwati hari ini dengan senyuman, beri aku kekuatan baru untuk mengamputasi sepotong hatiku yang sakit bertahun tahun dan kubiarkan menunggu penyembuhan. Nyatanya hanya pembusukan yang kudapatkan.

Ya Tuhan yang mengangkat segala kemuliaan dari dasar lumpur kehinaan,

Ampuni aku atas ketidak sanggupanku menjadi manusia berjubah malaikat seperti harapku, sebab iblis telah beranak pinak di setiap tetes darah, daging dan otakku, menungguku rubuh menjelempah ke tanah dan mati tak meninggalkan jejak apa apa.

Ya Tuhan yang maha bijaksana menilai segala rahasia,

Jangan hukum mereka orang orang yang durhaka, tapi bukakanlah pintu bathinnya agar mengerti bahwa hidup tidaklah semudah yang dikhayalkan. Bahwa memang Engkaulah ujung dari segala kejadian yang bermula dari fikiran.

Nutricia, 070313

Monday, March 12, 2007

Tanpa Judul



Engkau bimbang diantara setengah keberanian dan setengah ketakutan

; sama sama nisbi.

Penyesalan hanyalah batu beban ditas punggung

dan kau memilih menjelempah mengharap malaikat datang bawa ambulans.


Lihat sekelilingmu,

semak semak akan semakin mengurungmu

jika kau hanya menunggu dibawah pohon,

bahka sang akar pohonpun lambat lambat akan melilit dan mencekikmu...

sementara harapmu tak pernah terjawab,

tak ada malaikat bawa ambulans...!


Tangan yang dilurkan semestinya dijadikan tiang penyangga

ketika kakimu lemah,

kepedulian yang disodorkakan mestinya menjadi pelampung

ketika engkau mulai tenggelam;

bukan untuk dicampakkan.

Ya, engkau mengharap cinta

dari cinta yang telah kau hancurkan

dan memandangnya sebagai bukan apa apa...

Teruslah bermimpi,

hingga kau sadar bahwa engkau telah jauh tertinggal

hanya untuk mencoba mencari tahu

dimana ketertinggalanmu...


(Ditulis pada 5 Desember 2005)

Thursday, March 08, 2007

Sajak Rindu


di langitku senyummu menggantung
bersama tanya rinduku menggunung
sorot matamu bagai matahari
yang bersama angin mengajak anggrek menari di halaman mimpi
kuraba luka; rindu yang nyaris tak terasa
lembar demi lembar diary
penuh dengan coretan kaya arti
tebal,
dalam,
bahasa tinggi

pagi tadi baumu menghampiri
menjombak ditengah resahku menghitung kemungkinan
mengundang percakapan tentang apa isi mimpimu semalaman
dan menakar rencana apa yang kita buat
jika nanti ada pertemuan

sebentar lagi malam kan datang
catatan hari ini kita kan simpan
dan nyanyi belalang mengantar kunang kunang
semilyar mencari titian hati bimbang
nun jauh ditanah basah kota kecilmu
bersama embun hatiku lindap di atap rumahmu…


gempol, 070308

Wednesday, March 07, 2007

Buntu











aku tak punya kata kata
yang ingin kuucapkan kepada dunia
fikiranku terkurung hujan
dan senyummu jadi dinding membayang

aku tak bisa kemana mana,
kecuali mengurai kenangan atasmu
dan merindui bau tubuhmu
yang sewangi aroma tanah merah ketika hujan

sungguh,
aku tak punya kata kata
hanya hati belaka…

Glassbox, 070306