Saturday, February 10, 1996

Balada singa sebatang kara

: bd

Seekor singa,
Sebatang kara dibelantara beton
Terseok menahan luka disekujur tubuhnya
ketika marah menyeret
lapar ke etalase pertokoan

Singa ditengah kotapun jatuh cinta
suatu ketika
pada setangkai bungaliar penuh duri
janji dan harapan akan damai sisa hidup
meski aromanya adalah parfum murahan dari pasar tradisional

Seekor singa jantan tumbuh dijalanan
matanya murka
anganya angkara
hatinya iri
meraung lemah sewaktu tikus selokan mencuri bungaliarnya
satu satnya yang dijaga dan dicintai

Seekor singa jantan sendirian dikebisingan kini,
terengah menimbun dendam dan luka jiwa
atas segala mimpimya yang terampas
dan cinta yang sia sia
sedangkan ia rela lupakan lapar dan perihnya…

Benhil 9 February 1996

Thursday, January 18, 1996

Kita

:N

Kerikil tajam menembus telapak kaki kita
damai hidup terasa dibalik perihnya
kita telanjang bergandengantangan
melintasi hari hari keruh
melangakah pasti ikuti kembara matahari
dimana bumi damai tersenyum menyongsong

Dijiwaku seribu kupu kupu bernyanyian ditaburan bunga yang kau ciptakan
dijiwaku sejuta rindu memasung ego
dijiwaku cahaya jingga cintamu memandu
dijiwaku lagu cinta menggema menghibur bumi

Iniliah kita kekasihku,
Yang berjalan dengan kaki telanjang
diatas kerikil tajam kenangan
terang benderang menempuh tujuan hati
;kebahagiaan
telapak yang tertoreh perih
yang menipu nipu
biarlah kita akan tertawa mengenangnya nanti
sebab sedepa lagi kita kan sampai
ketitian permadani lembut tak berujung
dimana jarak yang tertempuh dan cerita yang terlewati
hanya akan tinggal kenangan dalam diary
dan kita akan abadi dalam damainya…


Jakarta, 17 Januari 1996