Thursday, April 17, 2003

risalah sunyi


:bd


ada yang enggan kau kenangkan ketika langit begitu biru, sabana kesempurnaan yang menakutkanmu.pertanyaan pertanyaan bagai palu godam dipalung hati, pada sendiri yang tak kau fahami.bayangan manis rindu mengantarkan tatapanmu kekota kota yang jauh, sedangkan dialog telah begitu beku oleh waktu.kesunyian lalu melahirkan kata kata menjadi arif, seperti cinta yang tak terkaburkan maknanya, seperti kupu kupu yang tak pernah mempertanyakan hadirnya, seperti udara yang menghidupi-katamu-


ungu hujan,
layang layang dibawah rembulan,
hampa yang riuh oleh keinginan,
keinginan yang hampa oleh keriuahan,
dan bunga rumput sisa musim
mencipta semesta dialam bathin,
orkestra kemewahan akan kesendirian takjub maha sunyi; indah yang mengiris hati.

kepada ruang ruang kepalsuan telah kau tanami kebajikan, satu puisi menyempurnakan keabadian: ….tumbang, melintas diatas nisan, hujan dan angina puyuh reda, jauh diatas pohon asam, tinggal bulan sabit gemetar ia bertanya berapa usiamu sekarang, kujawab: berabad abad kesepian…


balairaja, 17 April 2003

Tuesday, April 15, 2003

Kenangan

:bd

Senja enggan kau lepaskan
Seperti subuh yang segan kau berangkatkan
Derai tawa dan isak tangis terkubur dalam saharamu; kenangan
Kebersamaan kau muaki seperti kesendirian yang kau benci hatimu ragu oleh ingin yang mengombang ambing,

Berteduhlan sesaat dipohon keberanian yang rimbun dikebun kalbu ketika hatimu menjadi kabut dan kau anggakp gerimis adalah hatimu sendiri
Belajarlah tentang kebebasan dari selembar daun yang gugur oleh musim
Lalu berhentilah mengakui adamu, berhenti sesaat yang lama lalu…mendefinisi ulang keinginan keinginanmu…

Biar kuceritakan padamu tentang ruangan istimewa dibenakmu tempat ruh bercengkerama dengan drama hidup warna warni, berdinding cermin dengan segala yang abadi didalamnya, lepaskan baju peradaban dari segala aturan kepantasan agar jiwamu telanjang tak duduk juga tak berdiri, melayang mengitari ribuan sudut yang kau kenali jadilah engkau raja atas keinginan dan ketidak inginanmu sendiri bernyanyi dan menangislah dengan kebahagiaan yang menenggelamkanmu

Takjub pandang oleh indah isatana maya; sepi…


Balairaja, 15 April 2003

Sunday, April 13, 2003

Pertemuan

pertemuan dan perpisahan
antara kamu dan aku
datang dan kembali
di bumi terlarang
pijakan2 langkah di pasir hitam
akankah menghilang
seperti yang sudah2
ingatanku hanya diam
terpaku baku
membuka tanpa tabu
yang berhirup laku
eribu haru

Sketsa Gerimis Berdiri

tak kukenal lagi hujan gerimis yang berdiri
di depan pintu.
kabut telah menjadi sepotong senja
pada bingkai jendelaku.
tapi di bawah jendela itu
masih kulukis jejakmu

pada angin yang menjauh
tak kubaca lagi bayangan gerimis yang bergerak
di dalam cermin.
pada tubuhmu tak ada pohon
dan daunan basah.
engkau telah menjadi cakrawala
yang kelam,
memadamkan matahari yang berputar
di dalam cermin itu pada gerimis yang berdiri di depan pintu,
aku masih menunggumu,
seperti garis-garis hujan yang terputus di dalam kanvas.
seperti batu-batu yang
begitu tabah menata dinding lukisan rumahku

stasiun sunyi

cemara berderai-derai saja
sejak dari jauh terasa waktu semakin mengasuh.
semakin aku lusuh
di stasiun terakhir segalanya menyerbu
kenangan dan secangkir kopi warna biru memenuhi pikiranku.
lukisan yang tak kekal seperti kemah-kemah
awan di langit menghapus jejak matahari.
gelap mengekal masih saja masa lalu menjadi rasa sakit yang bergetah.
aku tak tahu akan kembali padamu,
atau sekalian kutinggal menuju ketakpastian yang bernama sepi
di stasiun.
keraguan menyerangku seperti wabah menerpa ubun-ubunku hingga segala lupa,
juga senyum manismu.
Aku masih duduk di sini...
padahal sudah sejam yang lalu keretamu pergi...
Sebentar lagi salju datang menutupi jalan pulangku
Tapi, aku masih di sini
Terlalu berat berada di stasiun
yang jadi sepi sepeninggalanmu...

Di Bawah Sebuah Bintang Kecil

Aku minta maaf pada peluang
karena menyebutnya penting.
Aku minta maaf pada penting
jika ternyata aku keliru.
Tolong jangan marah, kebahagiaan,
jika kau kuambil
sebagai hakkku

Semoga kematianku sabar melihat kenangan-kenanganku
menghilang.
Aku minta maaf pada waktu atas segala dunia yang
kuintip tiap detik
Aku minta maaf pada cintaku di masa lalu
karena mengira yang terakhir adalah yang pertama.
Maafkan aku,
wahai perang yang jauh karena pulang
membawa bunga.
Maafkan aku, wahai luka yang menganga,
karena menyuntik jariku.
Aku minta maaf atas segala perbuatan jahatku pada
mereka, yang menangis dari kedalaman.
Aku minta maaf pada mereka yang menunggu si stasiun
kereta karena telah tertidur hari ini pada jam lima subuh.
Maafkan aku, wahai harapan yang melolong-lolong,
karena tertawa dari waktu ke waktu.
Maafkan aku,
wahai gurun,
karena aku tak menyuruhmu
berlari demi sesendok air.
Dan engkau,
rajawali,
tak berubah dari tahun ke tahun
selalu di sarang yang sama,
tatapan matamu selalu tepat berada di titik yang sama
dalam ruang

Maafkan aku,
bahkan jika ternyata engkau telah mati kaku
Aku minta maaf pada pohon-pohon yang ditebang demi
empat kaki meja
Aku minta maaf pada pertanyaan-pertanyaan besar atas
jawaban-jawaban kecil
Kebenaran, tolong jangan begitu pedulikan aku
harga diri, bermurah hatilah..
Beranaklah bersamaku, o misteri keberadaan
bersamaan dengan itu kutarik benang peristiwa dari keretamu.
Jiwaku,
jangan kau ambil hati bahwa hanya engkau
yang kumiliki dari dulu hingga kini.
Aku minta maaf pada segala sesuatu karena aku tak bisa
berada di semua tempat pada saat yang bersamaan.
Aku minta maaf pada setiap orang karena aku tak dapat
menjadi separoh wanita dan separoh pria.
Aku tahu aku tak akan dibenarkan selama masih hidup
jangan bebani aku dengan kehendak untuk sakit,
wahai pidato
karena aku membawa kata-kata yang berat,
Berilah aku tugas yang berat sehingga kata-kata itu
akan tampak ringan.

jatuh

ada yang jatuh
dari langitsebutir airmata
entah siapa punya
ada yang jatuh dari langit
sebuah huruf
entah bagaimana bunyinya
di angkasa tak berwarna
layang-layang sisa
musim yang silam
berkelana
mencari pemiliknya
merindukan pemiliknya
ada darah
di ujung benangnya
tidak berwarna