puisi adalah anak rohani yang lahir dari kedalaman hati, jujur menterjemahkan makna fikiran
Saturday, May 27, 2006
Konsesi hati
malam ini engkau bilang
telapak kakimu berdarah tertusuk pucuk ilalang
yang memberontak dari pengab tanah gelap
dalam pengembaraanmu di rimba hatiku
maafkan
aku tak bisa menumpas akar kenangan
yang terbaring dikedalaman angan angan
sebab hanya itu penawar lapar dahaga
bagi semak semak kenangan dan pengalaman
yang bertahun ditinggalkan embun
di sabana kosmos maya
kupasrahkan serpihan jiwa kepada sesiapa,
sesekali berharap elang pengembara akan datang bersarang
membawa kembali kehidupan yang hanyut
oleh guyuran awan panas masa silam
tidakkah engkau saksikan?
pohon pohon teduhan sekarat disana sini
teraniaya dan hangus oleh bencana.
mengharap hujanpun yang datang badai asam
menggarami luka demi luka yang terabaikan
hanya tersisa bukit kapur
dengan tonggak tonggak sisa kehidupan
dan
pucuk pucuk ilalang yang mencambah
dari pengab tanah gelap…
gempol, fajar 060527
Thursday, May 25, 2006
Symptom kehilangan
Dendam menyeret kedalam kegelapan
Tersesat didalam rimba ketidak mengertian
Hingga terdampar di keterpencilan
Lepas balon mendesak dada
mengakui kemenangan sang kalah
Terbebaskan dari penjara
Di dunia penuh kegelapan
Kita semua perlu cahaya
Kita semua memerlukan sesuatu untuk melewati malam
Meskipun hanya sekedar secercah harapan
Badan mati kehabisan asa
Di ubun ubun iblis berkerumun
Tinggal bunyi hujan tangisi malam…
Gempol menjelang pagi, 060525
Saturday, May 13, 2006
Kosong
tempat kebekuan menjadi dinding
peisimis langkah punguti serpihan masa silam
kurangkai kolase dari potongan kenangan
tinggal menyederhana sebagian telupakan
Angin melintas disela batang trembesi
menyambut lembut pada dada yang kerompang
miskin harapan
menatap tinggi menara
tempat dimana satu cuil sejarah pernah diukir
nafas hampa meratapi dinding
mengharap jawaban dari selusin pertanyaan menggema.
Senja ini,
Aku menyakisikan hujan
begitu bebas berkeliaran di langit,
mungkin letih bersetubuh dengan petir.
menghempas di permukaan beton
lalu ceria mengangkuti debu
Secangkir coklat panas lewat di kerongkongan
tanpa kesan
dan tanyaku menghambur
tanpa jawaban…
Mega Kuningan ketika kekosongan merajai hati 060512
Hujan suatu petang
kisah perkawinan iblis jantan dan betina
untuk pestanya petir menyincang sejuk angkasa
menjadi butiran air mata,
beku menghempas aspal dan trotoar
untuk mengangkuti caci maki dan kutukan,
berharap lekaslah lesap dibalik akar angsana yang menggigil sunyi.
Pekat udara mematikan harapan,
mengapungkan satu demi satu goresan luka
yang lama kutenggelamkan menjadi pijakan kaki dilumpur kalbu.
Tak sanggup lagi kutipu darah yang menetes dan menyusuri perihnya,
maka runtuh sudah ruang dimana duka lara kupenjara.
aku diam,
menghayati angkara yang perkasa mengoyak jubah
diangkasa yang hitam tawa dan hinaan menjajah batin
melumpuhkan perjalanan
sungguh aku letih
memunguti serpihan hati yang berceceran
kini menggenang diselokan ingatan
bersama keruh bangkai hujan
Gempol ketika murka tak mau pergi dari hati 060513
Tuesday, May 09, 2006
Nanyian tidur
Menggenang angin malam musim kering dikotaku,
mengantarkan percakapan tidur
tentang kerinduan demi kerinduan
kita tabungkan jadi kenangan,
bebarpa kandas menjadi harapan semata.
Namun tetap kujaga dan pelihara,
rasa yang sejak purba kita punya; cinta yang tak pura pura.
Dikotaku,
Senyummu mengambang dilangit berwarna abu abu
bersama sisa jejak rembulan tiga perempat lingkaran
bau tubuhmu menghampiri syaraf dan menggigilkan jasadku
berdiri gemetar bimbang
diantara puing puing kebahagiaan
; kerangka labil bagi kemuliaan kehidupan.
Di langit kotaku, kupandang wajahmu sendu
Kita berdiri saling membatu
merabai bangkai waktu yang menjelempah penuh darah
Penganiayaan atas kesejatian bentuk keinginan…
Kita saling berpandangan
Dari kejauhan
hingga fajar datang membuyarkan…
Selamat tidur sayang,
semoga cinta yang tak cukup terangkai dalam kata kata ini
menaburkan sedikit saja sejuk bagi gersang hatimu…
gempol, 060509
Friday, May 05, 2006
Datang dan pergimu
Engkau bertemu laut malam ini
engkau menyapa kelam
hanya angan berisi mayat kenangan
datangmu bagai angin ketika fajar menyingsing
dan pergi setelah gelap mengkonfirmasi keberadaan senja
Tolong sampaikan kepada buih pantai
aku rindu pada hidupku
ketika sanggup kulukis rembulan
di kanvas angin hitam
kucatat kisah perjalanan jadi puisi peringatan
Sepotong daratan terapung membawamu menjauh,
mengangkut kehidupan
yang melulu berisi pertemuan dan perpisahan,
berisi teka teki harapan dan catatan kenangan,
sebagian tercecer di buritan adalah penyesalan
Engaku pergi meninggalkan gemuruh,
Aku ada, entah dimana…
(Gempol, 060415 - sebuah catatan kecil untuk peri sebelah hati yang datang dan pergi hari ini)