:N
Sepi membelah riuh yang mengayun
di awang awang angan mengapung
jadi ketiadaan
jalanan udara tanpa marka
sedang hati berlari menyambut
berkejaran saling mendekat
“jadilah bijak wahai nurani”
Sebuah pinta meluncur hambar dari lubang kakus
“ tolonglah diam wahai pendurhaka”
Menjawab jiwa terikat dalam compang camping rasa
Kini lihat dan nikmatilah
hidupku yang dihempas hempas
dengan kaki yang kau pincangkan
kemudian beban tak berguna
kau paksakan jadi tanggunganku.
Biar!
Aku ajarkan hati hertahan
melangkah mencari arah
dalam tuntunan malaikatku yang juga iblismu
Kau tahu, telah kau pancung aku jadi debu…
Dilangit antara Surabaya – Jakarta, 060805
puisi adalah anak rohani yang lahir dari kedalaman hati, jujur menterjemahkan makna fikiran
Sunday, August 06, 2006
Pulang
embun membunuh pagi
dalam gegap langkah kaki
hampa
hampa
hampa
selaksa udara
hampa
tujuan hendak kemana
tak ada kata jadi sapa
sendiri
sunyi
sepi
diam
mati
kepala berisi peluru
bekal menghambur dendam
jadi perkelahian diam diam
seperti ribuan tahun silam
aku pulang wahai siapa
(?)
pemilik hatiku yang tak berpemilik
bahkan alamat tak mampu lagi tereja
pulanglah pulang wahai hati yang bimbang
berlangkah pincang,
rebah ke tanah sampai musim mengangkutmu pergi
hanyut di telan fana bumi
pingitan malaikat baik hati
selamat pulang wahai jiwa yang malang
sambut rindu bukan kepalang
kepada siapa
siapa saja
dalam angan
kelelahan…
Timika – Makasar 060805
dalam gegap langkah kaki
hampa
hampa
hampa
selaksa udara
hampa
tujuan hendak kemana
tak ada kata jadi sapa
sendiri
sunyi
sepi
diam
mati
kepala berisi peluru
bekal menghambur dendam
jadi perkelahian diam diam
seperti ribuan tahun silam
aku pulang wahai siapa
(?)
pemilik hatiku yang tak berpemilik
bahkan alamat tak mampu lagi tereja
pulanglah pulang wahai hati yang bimbang
berlangkah pincang,
rebah ke tanah sampai musim mengangkutmu pergi
hanyut di telan fana bumi
pingitan malaikat baik hati
selamat pulang wahai jiwa yang malang
sambut rindu bukan kepalang
kepada siapa
siapa saja
dalam angan
kelelahan…
Timika – Makasar 060805
Kacang
: n dan n
Kau ingin aku setia?
menjadi pandu bagi jiwamu yang palsu
dengan ribuan filsafat basi
yang tak kau mengerti
menghambur begitu saja bagai aroma kakus
bahkan seribu lisanku telah jadi tertawaanmu
letih aku mengikuti kekacauan angan anganmu
yang tanpa fikiran
berlari menjauh
dari mercu suar nurani
sakit hatipun jadi kemewahan yang kau persembahkan
bagi singkat hidupku
aku hanya jadi fungsi kulit yang melindungai
sampai hara dan humus membawamu pergi
menjulang dalam menara kesombongan yang kau banggakan
menjejak adaku hingga terjerembab
busuk tak berarti.
Semogalah dimuliakan hidupmu selama bernyawa
sampai saatnya kau mati tenggelam
di kolam air mataku…
diatas langit Jakarta, 060805
Kau ingin aku setia?
menjadi pandu bagi jiwamu yang palsu
dengan ribuan filsafat basi
yang tak kau mengerti
menghambur begitu saja bagai aroma kakus
bahkan seribu lisanku telah jadi tertawaanmu
letih aku mengikuti kekacauan angan anganmu
yang tanpa fikiran
berlari menjauh
dari mercu suar nurani
sakit hatipun jadi kemewahan yang kau persembahkan
bagi singkat hidupku
aku hanya jadi fungsi kulit yang melindungai
sampai hara dan humus membawamu pergi
menjulang dalam menara kesombongan yang kau banggakan
menjejak adaku hingga terjerembab
busuk tak berarti.
Semogalah dimuliakan hidupmu selama bernyawa
sampai saatnya kau mati tenggelam
di kolam air mataku…
diatas langit Jakarta, 060805
Subscribe to:
Posts (Atom)