puisi adalah anak rohani yang lahir dari kedalaman hati, jujur menterjemahkan makna fikiran
Wednesday, March 29, 2006
Gerimis Malam
Gerimis menghela hati mencari
dingin menyempurnakan rindu
udara beku oleh kesepian
mati kaku dalam penjara ruang
titik titik air merintih
membentur angin tanpa penyambutan
malam ini hujan jatuh dibumi yang salah
ketika cinta hanya kemewahan tak bertuan
gemericiknya menuturkan lara
kisah empiris yang tak terbaca
wahai gelap, melintaslah cepat
agar aku dapat
melihat perih yang kucatatat
dalam pekat…
Gempol, dibawah gerimis lewat tengah malam 060329
Tuesday, March 28, 2006
Membaca rindu
Diangkasa kata kata mengalir
bahasa luka yang tertoreh
mencoba dialog antara kekosongan
sempurna mentahbiskan kehilangan
; menterjemahkan rindu
pejalan punguti puing kenangannya,
mengantunginya jadikan jimat pengingakaran
sedangkan tetes tetes embun terbunuh
oleh matahari yang meninggi
meninggalkan bumi
lolong kesedihan tak tertahankan
terhamburkan pada dunia
melulu berisi gurun pasir hitam
dengan angin yang tak henti menerpa datang dari utara
Berteriaklah wahai sang perindu,
biarkan dunia mendengar perihmu,
perih yang indah yang hanya pantas untuk disembunyikan,
bahasakan kejujuran
meski hanya iba akan jadi tamu penghuni ruang senyap hatimu…
Gempol, 060327
Friday, March 24, 2006
Catatan hujan = romansa sepi
Rindu Pulang
Aku rindu rasanya pulang,
berteduh dirumah kalbu yang menenteramkan
meletakkan ribuan ton beban kecemasan;
hanya diri mengigil digerbang pagar
menatap kepada gelap sang harap
Badai telah menyapu rumahku,
dimana ruh kebahagiaan lahir dari ketiadaan dulu
Demikian juga pemukiman hatiku
atapnya porak poranda
Aku telah terlalu lama tersesat
terdampar di gurun gersang
Yang hanya berisi mimpi mimpi
buah dari kebingungan sang otak mencerna kejadian demi kejadian
Aku rindu rasanya pulang,
Ke rumah dimana selalu kutemukan cinta sebagai persembahan
Tapi sekarang berganti sudah
menjadi cerita menyakitan
Yang tak sanggup kutebus hanya dengan semiliar puisi gubahan hati
Kemana harus kutempuh jalan?
Ah aku telah kehilangan jejak kenangan…
Pun tak punya tempat tujuan
Aku rindu, pulang kerumahMu, tuhan…
Gempol, ketika hujan menangisi malam 060323
Tuesday, March 21, 2006
Menterjemahkan angin
Membaca angin yang berlarian
kujilati sisa bayanganmu yang terhambur
bersama bingung musim kemarau
gelembung rasa yang kita puja
menjadi tersesat dipermainkan ingin
betapa lelah kita wahai putri,
membendung kemustahilan yang sengaja kita ingkari
rumah kita jadi reot
setelah sekian abad ditinggal pergi berperang
sedangkan engkau berharap aku kembali
membawa sekeranjang kembang
maka derau angin telah kehilangan nada
; cara hatimu memanggil ruhku
dibumiku aku hanya temukan luka yang mengambang mengisi udara
dengan jejak jejak perjalanan sebagai penghibur harapan
menterjemahkan angin kotamu yang melintas cepat diwajahku
aku membaca dialog yang membeku tanpa sanggup tereja
hanya menunggu isyarat dari hati yang sama sama sekarat
sekedar menanda bahwa rindu masih saja pekat mengikat
“aku hanya rindu pangeranku
yang dulu setia membawakan aku sejuk embun
ketika pagi datang menyerbu”
Ucapmu pada senja yang menghilang dikegelapan
…dan angin kotamu yang melintas cepat diwajahku,
tak mampu menyampaikan pesan
kecuali sorot mata beningmu
membatu menungguku….disana.
Gempol, 060320
Tuesday, March 07, 2006
Buntu
aku tak punya kata kata
yang ingin kuucapkan kepada dunia
fikiranku terkurung hujan
dan senyummu jadi dinding membayang
aku tak bisa kemana mana,
kecuali mengurai kenangan atasmu
dan merindui bau tubuhmu
yang sewangi aroma tanah merah ketika hujan
sungguh,
aku tak punya kata kata
hanya hati belaka…
yang ingin kuucapkan kepada dunia
fikiranku terkurung hujan
dan senyummu jadi dinding membayang
aku tak bisa kemana mana,
kecuali mengurai kenangan atasmu
dan merindui bau tubuhmu
yang sewangi aroma tanah merah ketika hujan
sungguh,
aku tak punya kata kata
hanya hati belaka…
Glassbox, 070306
Subscribe to:
Posts (Atom)