:FA
Hanya ketika kamu tidur aku akan bercerita,
Bosankah engkau dengan keluhan dan air mataku
Atau hanya kebetulan hatimu lelah oleh beban diri
Ya, hanya itu dan itu saja isi hidupku,
selebihnya adalah gelap tanpa suara
Aku obor yang mati ditikam dahsyat penghianatan
si kalah yang setia mengasihani diri sampai karatan,
padahal sejak purbapun diri sudahlah menjadi pecundangan…
Aku rela jika kau keberatan,
menjadi saksi atas kemelaratan semangat yang menghakimi diri
menyeret nyeret ke ketidak menentuan ini.
Bagiku satu semi satu daun daun kehidapnku telah berguguran
menuggu batang yang hanya sebatang inipun kering lalu rubuh
akarnya menjadi santapan ulat tanah
Dalam ketenggelamanku sempat kusisakan semangat penghiburan diri,
tentang satu tempat dimana tak seorangpun tahu,
tempat baru yang jauh dari mahluk bernama manusia
dan paradaban mesumnya.
Utopiaku tumbuh subur mengingkari getir
setiap detik kenangan yang menyuguhkan beling
ke setiap cc darah yang mengaliri otakku.
Perih tak terkirakan, temanku.
“ lukamu masih lagi basah…” katamu di email,
aku deritakan radang syaraf yang membusukkan nilai hakiki…
utopia hanya khayalan
aku menelan kepedihan didunia yang kupijak.
Amarah adalah sarapan
kesunyian ditimpas kecewa adalah catatan hari hari yang datang bagaikan iblis kiriman Tuhan.
Ah, maafkan aku
yang hanya tinggal punya cerita kesedihan yang membosankan.
Mestinya aku tahu diri,
engkau tak butuhkan cerita kekalahan sebab hanya akan menjengkelkan
Aku lupa, dunia telah kehilangan telinga…buatku.
Jakarta, 16 Agustus 2005