puisi adalah anak rohani yang lahir dari kedalaman hati, jujur menterjemahkan makna fikiran
Friday, September 28, 2007
Rembulan di Binamarga
bulan penuh di langit timur
berwarna saga menggantung ragu
ada wajahmu disana
jadi lukisan angkasa
senyum manismu memenuhi sela
pipimu yang menggembung
bulan itu,
mengoyak senja redup
seperti tatapan mata sayumu
yang mengantar kisah perjalanan
sesiang tadi
menusukkan sejuk ke hati pemalu
malam mati muda
dalam pelukan sepi
diantara titian khayal
kubawa rasa ke kubang mimpi
dan rindu yang sarat
terangkut angin kering yang menuju kotamu
malam ini…
Binamarga - 070927
Thursday, September 20, 2007
Satu dari ribuan hari
Syahdan,
satu dari ribuan hari
buruk rasa menyerang
untuk menghancukan
inilah
harga atas kompromi:
telan mentah semua kalah
sakit rasa dikalahkan
sesudahnya disalahkan
apa definisi terpantas?
ikutkan perih
dari kulit sampai ke tulang
untuk hidup lain
agar aman dan baik
siapa tahu,
bakal ada penghargaan;
jadi pahlawan kesiangan
maafkan aku wahai dunia
karena berdiri
diatas puing hatiku sendiri
Ciracas, dibawah panas 070920
satu dari ribuan hari
buruk rasa menyerang
untuk menghancukan
inilah
harga atas kompromi:
telan mentah semua kalah
sakit rasa dikalahkan
sesudahnya disalahkan
apa definisi terpantas?
ikutkan perih
dari kulit sampai ke tulang
untuk hidup lain
agar aman dan baik
siapa tahu,
bakal ada penghargaan;
jadi pahlawan kesiangan
maafkan aku wahai dunia
karena berdiri
diatas puing hatiku sendiri
Ciracas, dibawah panas 070920
Monday, September 17, 2007
Hablur
kubawa lara hati
menyusur kota mati
padahal pagi belum lagi siang
tak ada bau matahari dibumi
menangis sampai ke ujung jalan
menyeret luka sepanjang aspal kota
air mata tertabur
lewat pandangan yang mengabur
kuketuk hati yang terkunci
hampaku terbawa bersama laju angin
rintihan dukalara paling memilukan
agar bisa kau baca maknanya luka kambuhan
tertusuk prasangka
diombang ambingkan dendam
berharap dapat kutitip sedih ini
semua mati
semati pagi
pintu batu
di gerbang rumahmu
mengusirku pergi
ciracas, lepas weekend 070917
Friday, September 07, 2007
Sejengkal sesal
satu dua
kata dari udara
membenamkanku
di lubang batu
hati yang bolong
melongok ke langit
sunyi yang sama
jauh di gua rasa
sonyaruri kini mati
terkubur kenangan tak mau pergi
meski sukmaku melanglang
pada ratusan malam setelah aku kehilanganmu
hanya gema dari tangismu yang tersisa
menikami jantungku
dengan belati rasa bersalah yang mengabadi
puisi ini seperti luka yang kuberi
yang hanya terasa jika kau baca
maaf saja tidak akan pernah cukup
Gempol 070907
Saturday, September 01, 2007
Muram Durja
tangismu pecah di ujung bumi
mengoyak hatiku
tercabik oleh simpati menggilas batin
menuang lara dalam bejana rasa
cinta menyeretmu jauh dari tawa
terjebak kini dalam absurd makna
terbanting daun pintu hati kekasih yang kau puja
tepat di wajahmu yang pengalah
rintihmu mengurai sepi
setetes air mata terakhir gugur ke tanah
kupungut dari sisa halimun
kubingkai jadi ornamen kisah
tentang kita yang tak lagi mungkin bersentuhan
terhalang kokoh dinding kaca peradaban
betapa sedihnya hati
melihatmu tak bahagia
dan tak sanggup kuberbuat apa
ciracas 070901
mengoyak hatiku
tercabik oleh simpati menggilas batin
menuang lara dalam bejana rasa
cinta menyeretmu jauh dari tawa
terjebak kini dalam absurd makna
terbanting daun pintu hati kekasih yang kau puja
tepat di wajahmu yang pengalah
rintihmu mengurai sepi
setetes air mata terakhir gugur ke tanah
kupungut dari sisa halimun
kubingkai jadi ornamen kisah
tentang kita yang tak lagi mungkin bersentuhan
terhalang kokoh dinding kaca peradaban
betapa sedihnya hati
melihatmu tak bahagia
dan tak sanggup kuberbuat apa
ciracas 070901
Subscribe to:
Posts (Atom)